Pembelajaran
Jarak Jauh Selama Pandemi Covid-19
Dan Peran LMS Dalam Perspektif Mahasiswa
Pandemi Corona Virus Disease (COVID-19) telah menjadi krisis
global yang kini berdampak terhadap sektor-sektor penting kehidupan seperti sektor
pariwisata, ekonomi dan pendidikan. Data terbaru yang dikutip dari laman resmi
World Health Organization (WHO) pada 4 September 2020, tercatat total kasus
berkisar 26.121.999 termasuk 864.618 kematian. Sebelumnya, Indonesia
mengonfirmasi kasus pertama kali pada tanggal 2 Maret 2020 lalu. Sebagai bentuk
kebijakan pemerintah dan dalam mementingkan kesehatan mahasiswa, guru, dan dosen
sebagai penyelenggara utama proses pembelajaran, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan melalui Surat Edaran No. 4 tahun 2020, menetapkan sistim pembelajaran dilaksanakan
secara daring dimulai sejak 17 Maret 2020. Akibatnya, proses pembelajaran yang pada
umumnya dilaksanakan didalam kelas melalui prosedur kegiatan seperti tatap muka
secara langsung terpaksa diubah menjadi pembelajarann secara daring atau jarak
jauh.
Menurut Brown (2017), salah satu keuntungan melakukan pembelajaran jarak
jauh yaitu siswa dapat belajar dari rumah kapan saja. Walau cenderung fleksibel,
memenuhi kelas sesuai target dibutuhkan LMS dan strategi pengajaran yang tepat
sasaran juga. Nabil Azar (2016) mendefinisikan LMS sebagai alat untuk
memberikan kursus yang lebih efektif dan merupakan alat yang hebat untuk
pembelajaran yang efisien dengan memanfaatkan internet tanpa mengabaikan
pentingnya staf pengajar. Beberapa LMS yang dapat digunakan oleh para guru dan dosen
seperti Google Classroom, Microsoft Teams, Moodle, dll. Sementara itu, untuk
mengelola proses pembelajaran secara efektif menggunakan LMS, Liu (2020), dalam
Buku berjudul “Facilitating Flexible Learning during Educational Disorders:
China's Experience in Maintaining Learning Disorders in COVID-19 Plague”
menjelaskan bahwa setidaknya ada empat kondisi dasar berikut yang harus
dipertimbangkan: (a) Struktur LMS dan 'proses pengajaran' sangat berpasangan;
(B) LMS menggabungkan layanan otomatis, seperti dasbor otomatis, yang dapat
mengurangi beban kerja guru dan siswa; (c) Data pembelajaran yang dihasilkan
dari siswa dan guru aman untuk melindungi privasi mereka; dan, (d) LMS harus
dirancang dengan baik untuk memberikan pengalaman belajar mengajar yang ramah
bagi siswa dan guru. Dengan begitu LMS yang digunakan para dosen harus
disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.
Terkait pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh, ada sekitar 46 mahasiswa
FKIP Uniska yang memberikan tanggapannya. Hasil kuesioner yang dibagikan lewat
Google Form, menunjukan bahwa ada dua faktor utama yang mengakibatkan kurangnya
optimalisasi penggunaan LMS dalam pembelajaran daring, seperti; Pertama,
kurangnya pengetahuan mengoperasikan LMS. Faktanya, selama PJJ berlangsung,
masih ada beberapa dosen yang belum mampu mengoperasikan LMS secara tepat, akibatnya
pembelajaran terhambat bahkan kelas terkadang terabaikan. Kedua, adanya
kesenjangan antara dosen yang mengampu mata kuliah eksak dan non-eksak. Pada
mata kuliah eksak seperti statistik terapan, salah satu dosen lebih memilih
mengoptimalkan whatsapp group sebagai ruang diskusi dan materi ajar diupload ke
youtube channel resminya. Hal ini dilakukan karena sangat kecil kemungkinan
untuk menggunakan LMS sebagai sarana belajar mahasiswa dalam bidang ilmu eksak.
Sementara untuk mata kuliah non-eksak, sebagian besar menggunakan LMS namun
tidak berjalan optimal akibat masalah teknis seperti mati lampu, kurangnya
paket data internet bahkan gangguan Hp/Laptop seringkali terjadi.
Dengan begitu dapat disimpulkan
bahwa PJJ belum sepenuhnya sesuai target akibat kurangnya optimalisasi LMS selama
proses belajar mengajar.
Sumber :
Huang, R.H., Liu, D.J., Tlili, A.,
Yang, J.F., Wang, H.H., et al. (2020). Handbook on Facilitating Flexible
Learning During Educational Disruption: The Chinese Experience in Maintaining
Undisrupted Learning in COVID-19 Outbreak. Beijing: Smart Learning
Institute of Beijing Normal University.
SE Mendikbud: Pelaksanaan Kebijakan
Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19, diambil dari; https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/03/se-mendikbud-pelaksanaan-kebijakan-pendidikan-dalam-masa-darurat-penyebaran-covid1
WHO Corona Virus Desease (COVID-19,
diambil dari; https://covid19.who.int/
EmoticonEmoticon